Dapatkan Signal Trading Gratis - Download QuickPro Sekarang!   Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia,broker forex legal di indonesia,broker forex legal,FOREXimf

PELUANG UNTUNG DARI RESIKO DEFLASI CHINA

24 April 2020 in Blog - by Eko Trijuni

Kita tahu harga minyak mentah ambruk. Kita juga tahu bahwa itu ada kaitannya dengan Covid-19 dan ternyata ini ada pengaruhnya pada deflasi China untuk beberapa bulan ke depan. Akan sangat mungkin PBOC (People's Bank of China) menurukan suku bunganya.

Seharusnya sebagai importir minyak terbesar di dunia, China semestinya diuntungkan dengan keruntuhan harga minyak mentah. Tetapi ingat, wabah Covid-19 yang pertama kali muncul di Wuhan telah menyebabkan putaran roda ekonomi China – terutama industri – terhambat.

Data memperlihatkan bahwa indeks harga produsen (juga disebut Producer Price Index/PPI) China masih bergerak di area negatif sejak Agustus 2019. Sempat kembali ke area positif di bulan Februari, namun tampaknya dampak Covid-19 masih belum sepenuhnya hilang. Di bulan Maret dan April 2020, PPI China kembali turun ke area negatif di -0,4% dan -1,5%.

Data PPI China

Data juga menunjukkan bahwa ekonomi China menyusut sebesar 6,8% di kuartal pertama tahun 2020. Ini merupakan yang pertama kali terjadi dalam 28 tahun.

Bloomberg melansir pernyataan kepala ekonom George Wu, Changjiang Securities Co. Ltd. di Beijing, deflasi PPI ini kemungkinan akan memburuk di kuartal ke-2 tahun 2020. Ekonom Bloomberg, di antaranya Chang Su, David Qu dan Tom Orlik, berpendapat bahwa defisit fiskal juga akan bertambah 8% hingga 9% dari GDP di tahun 2020. Karena itu, mereka juga memperkirakan PBOC akan memangkas suku bunga acuan sebesar 30 hingga 40 basis poin lagi.

Kalau nanti harga minyak mentah dunia berkisar di area $20-$40 per barrel, PPI China masih bisa turun sekitar 4%, demikian menurut Nie Wen, ekonom di Huabao Trust Co.

Jadi, fakta dan data di atas mengarah ke sebuah kemungkinan: PBOC berpotensi akan memangkas suku bunganya.

Bagaimana Memanfaatkan Peluangnya?

China merupakan mitra dagang terbesar Australia. Sekitar 26% aktivitas dagang Australia adalah dengan China. Pemangkasan suku bunga oleh PBOC cenderung akan menekan dolar Australia terhadap USD (AUDUSD).

Kita ambil contoh ketika PBOC memangkas suku bunga pada tanggal 20 April 2020, ketika PBOC menurunkan suku bunga acuan satu tahun dari 4,05% menjadi 3,85% dan suku bunga lima tahun dari 4,65% menjadi 4,75%. Di hari tersebut AUDUSD dibuka melemah. Meskipun sempat mencoba menguat, keputusan PBOC tersebut menahan laju penguatan AUD dan diteruskan dengan pelemahan lebih lanjut di hari berikutnya.

PBOC AUDUSD

Sekarang, dengan adanya kemungkinan PBOC akan melanjutkan pemangkasan suku bunga di tahun ini, mari kita lihat kondisi AUDUSD untuk jangka menengah-panjang.

Kondisi AUDUSD Jangka Menengah dan Panjang

Secara teknikal, di time frame D1 (daily) terlihat bahwa harga bergerak di area resistance yang diperoleh dari Fibonacci retracement dan Exponential Moving Average 50. Kombinasi ini menyebabkan area resistance ini bisa dikatakan cukup kuat.

Kemunculan sinyal bearish di kisaran 0.64502 berpotensi menekan AUDUSD turun ke area 0.60909. Lebih lanjut, jika harga berhasil tembus ke bawah 0.60909, ada kemungkinan pelemahan lanjutan hingga kisaran 0.58686 atau 0.55093.

Kombinasi analisis teknikal ini dipadukan dengan potensi pemangkasan suku bunga oleh PBOC membuat kemungkinan pelemahan AUD terhadap USD semakin besar, kecuali jika nanti ternyata AUDUSD berhasil sukses tembus ke atas 0.64502.

Meskipun demikian, tak perlu khawatir kehilangan peluang, karena hal itu justru akan membuka peluang penguatan AUDUSD hingga kisaran 0.66725-0.70318.

Ingin mendapatkan informasi seputar market serta peluang trading yang selalu update setiap harinya dan langsung berdiskusi dengan ahlinya?

Download QuickPro App