Dapatkan Signal Trading Gratis - Download QuickPro Sekarang!   Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia,broker forex legal di indonesia,broker forex legal,FOREXimf

MANA YANG 100% AKURAT: MERAMAL ATAU MENGANALISA FOREX?

26 July 2019 in Blog - by Admin FOREXimf

Saya cukup sering menemui trader yang (merasa) sudah cukup berpengalaman dalam forex trading dan (merasa) bisa meramal pergerakan harga pasar selanjutnya. 100% akurat.

Setidaknya itu menurutnya.

Yah, memang jika Anda sudah memiliki “jam trading” yang sudah cukup panjang, katakanlah: 20.000 jam trading – ada kecenderungan Anda akan merasa sudah benar-benar memahami pasar hingga ke inti-intinya.

Izinkan saya menyampaikan bahwa perasaan seperti itu – setidaknya dari pengalaman saya, seringkali justru menimbulkan malapetaka.

Hati-hati, jangan sampai Anda dihinggapi “sindrom dewa trading”.

OK, saya mengakui bahwa istilah barusan memang hanya rekaan saya. Bahkan baru terpikir ketika saya menulis artikel ini.

Yang saya maksud dengan “sindrom dewa trading” adalah ketika seorang trader merasa – bahkan meyakini bahwa ia tidak akan mungkin salah memprediksi pergerakan pasar.

Ia yakin bahwa ia pasti akan selalu benar. Ia tidak akan mengakui bahwa ia salah melakukan prediksi. Ia akan sebisa mungkin menyalahkan semua hal, kecuali dirinya.

Sebenarnya ini adalah dampak dari terlalu tingginya tingkat kepercayaan diri seorang trader. Bahasa kerennya: overconfident.

Percaya diri itu harus, tetapi terlalu percaya diri – wah, bahaya!

Pada kenyataannya, tidak ada satu pun orang di luar sana yang bisa memprediksi pergerakan harga pasar 100% akurat. Selalu ada waktu ketika pasar forex online tidak bergerak sesuai dengan keinginan Anda.

Tapi jangan salah sangka..
“Sindrom dewa trader” ini tidak bisa disematkan kepada orang yang terus menerus memperbaiki kemampuan analisanya melalui latihan dan latihan dengan tujuan untuk semakin mengenali perilaku pasar.

Itu adalah dua hal yang sama sekali berbeda.

Orang yang senantiasa memperbaiki kemampuannya harus senantiasa sadar poin penting dari analisa, yaitu analisa bisa saja meleset.

Dengan demikian, kemampuannya akan terus meningkat terutama dalam mengantisipasi risiko dan manajemen modal yang merupakan bagian penting dari proses belajar dan berlatih trading forex.

Tujuan yang ingin diraih dari proses ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerima kerugian (bila terjadi), mengakui kesalahan, mengevaluasi strategi trading dan membuat perbaikan yang dianggap perlu.

Ini benar-benar berbeda dengan sikap pengidap “sindrom dewa trader” yang saya sebutkan tadi.

Sang “dewa trader” tidak akan pernah melakukan evaluasi karena ia selalu beranggapan, “Gue nggak salah!”

Hindari Overconfident dalam Forex Trading

Daripada meramal pasar, mari mulai belajar untuk menentukan “bias”, yang bisa kita artikan sebagai “kecenderungan”.

Di mana bedanya?

Yang saya maksud dengan “meramal pasar” adalah ketika kita membuat prediksi yang hasilnya dianggap pasti akan terjadi.

Contohnya:
“Sell GBPUSD sekarang, TP di 1.xxxxx.” Selesai.

Tidak ada antisipasi jika seandainya GBPUSD justru naik.

Ya, karena si “dewa trader” merasa tidak mungkin prediksinya salah.

Sementara itu bias bersifat lebih fleksibel karena terbuka pada kemungkinan perubahan arah pasar.

Contohnya adalah seperti yang biasa Anda dapatkan dalam analisa forex kami, di mana kami selalu menyertakan antisipasi jika seandainya pasar bergerak berlawanan dengan bias yang kami lihat.

Jika kami melihat bias untuk GBPUSD hari ini adalah bearish, misalnya, kami selalu menyertakan “exit strategy” jika seandainya GBPUSD justru bergerak naik.

Dengan demikian, trader yang mempergunakan analisa forex berbasis bias akan selalu siap dengan teknik manajemen resiko seandainya pasar bergerak berlawanan dengan analisa yang dibuat.

Ingatlah selalu bahwa pasar memiliki kehendaknya sendiri dan kita tidak bisa mengaturnya.

Kita harus mulai belajar untuk membuka dan menutup transaksi berdasarkan apa yang kita lihat, bukan berdasarkan apa yang kita pikir akan terjadi.

Itulah yang membedakan analis dengan peramal.

Jadi, mulailah menganalisa. Hentikan kebiasaan meramal.

Lalu mana yang 100% akurat? Meramal atau menganalisa? Jawabannya: tidak ada. Tetapi yang jelas jika Anda melakukan analisa dengan baik, peluang Anda untuk berhasil jauh lebih besar.