Harga minyak mentah terlihat berusaha menguat hari ini (Kamis, 5/1/2023) setelah membuka tahun ini dengan pelemahan lebih dari 9%, yang merupakan pembukaan awal tahun terburuk sejak lebih dari tiga dekade menurut data dari Refinitiv Eikon, karena pelaku pasar mengambil peluang dari penurunan harga futures seiring ekspektasi bahwa permintaan minyak untuk jangka panjang akan stabil.
Penguatan tipis yang terjadi menyusul pelemahan dalam dua hari berturut-turut karena kekhawatiran resesi global dan tanda-tanda guncangan ekonomi jangka pendek Amerika Serikat (AS) dan China, yang merupakan dua konsumen minyak terbesar dunia.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat beranjak ke area $73.65 per barel, setelah sempat anjlok hingga area $72.73 per barel kemarin.
Data manufaktur AS mengalami kontraksi lebih jauh di bulan Desember, melemah dalam dua bulan berturut-turut dan tercatat di angka 48.3 di bulan Desember, turun dari angka 49 yang tercatat di bulan November menurut Institute for Supply Management (ISM) tadi malam.
Di saat yang sama, survei yang dilakukan Departemen Tenaga Kerja AS memperlihatkan bahwa pembukaan lowongan pekerjaan turun di bawah perkiraan, meningkatkan kekhawatiran bahwa Fed akan menjadikan ketatnya bursa tenaga kerja sebagai alasan untuk tetap menerapkan suku bunga tinggi untuk jangka waktu yang lebih panjang.
