Bursa saham Asia melanjutkan pelemahan di awal perdagangan hari ini, Rabu (12/8) setelah People's Bank of China (PBOC) mengambil langkah devaluasi terhadap yuan hampir sebesar 2 persen ke level 6.3306 per USD. Efek devaluasi yuan ini menyebar ke bursa regional.
Dolar Australia melemah hingga 1 persen menyentuh level terendah enam tahun di kisaran 0.72141. Sementara itu dolar New Zealand melemah 0,6 persen ke level terendahnya terhadap USD sejak Juli 2009. Mata uang Asia Tenggara juga terkena dampak negatifnya, di mana dolar Singapura jatuh ke level terendah lima tahun di kisaran 1.4149 versus USD, sementara rupiah dan ringgit Malaysia menyentuh level terendah sejak krisis finansial Asia yang terjadi di tahun 1998.
Sentimen negatif yang menerpa bursa Asia juga didapatkan dari pelemahan Wall Street semalam, di mana terjadi pelemahan indeks saham utama Amerika Serikat (AS) akibat pelemahan yuan yang di luar dugaan turut menghantam saham-saham energi. Hal tersebut juga meningkatkan kekhawatiran akan pertumbuhan ekonomi global. Dow Jones dan Nasdaq melemah masing-masing 1,21 dan 1,27 persen, sementara S&P 500 melemah 0,96 persen di hari Selasa (11/8).
Indeks Hang Seng melemah 1 persen. Nikkei 225 melemah 1,2 persen hingga ke level terendah mingguan di pertengahan sesi pagi.
Kospi mengalami pelemahan sebesar 1,2 persen, sementara won melemah lebih dari 1 persen terhadap USD ke level terendah empat tahun di kisaran 1190.
Indeks saham Strait Times dari Singapura dan IHSG dari Indonesia melemah lebih dari 2 persen ke level terendah satu tahun, sementara indeks Malaysia FTSE Bursa Malaysia KLCI melemah hampir 1 persen menyentuh level terendah dua tahun.