Euro masih berpotensi untuk kembali tertekan karena adanya spekulasi bahwa European Central Bank (ECB) akan mempertahankan program quantitative easing, sementara Federal Reserve (Fed) semakin dekat pada kemungkinan menaikkan suku bunga. Euro melemah terhadap semua mata uang utama dunia sementara bursa saham dan obligasi justru menguat karena adanya optimisme bahwa Yunani akan segera meraih kesepakatan dengan para kreditur guna menghindari default. Yunani untuk sementara ini memang sedang tidak menjadi kekhawatiran utama, maka dari itu para pelaku pasar kembali melihat kebijakan moneter ECB yang cenderung memperlemah euro.
Euro sempat melemah sejauh 1,5 persen ke kisaran 1.11676 terhadap USD pada pukul 5 sore waktu New York kemarin dan melemah sejauh 1,1 persen terhadap yen. USD sendiri menguat sekitar 0,5 persen terhadap yen.
ECB memulai program stimulus senilai 1,1 trilyun euro (sekitar 1,23 trilyun USD) dengan maksud meningkatkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Fed sendiri masih terus memantau perkembangan data ekonomi sebagai argumen untuk rencana kenaikan suku bunga pertama sejak tahun 2006.
ECB berencana untuk melanjutkan kebijakan moneter yang agresif. USD terbantu dari langkah tersebut. Seiring bertambahnya sentimen positif, optimisme terhadap Amerika Serikat juga naik.
Euro telah melemah sejauh 4,6 persen di tahun ini. Di antara 10 mata uang negara maju, performa euro merupakan yang terburuk setelah dollar New Zealand.
