Emas berjangka menandai kenaikan sesi ketiga berturut-turut pada penutupan hari Selasa, didukung oleh melemahnya dollar AS dan ketidakpastian reaksi AS terhadap kemungkinan serangan senjata kimia di Suriah.
Harga untuk logam mulia naik meskipun para investor global kembali ke aset berisiko, seperti saham AS, setelah komentar dari China menenangkan kekhawatiran perang perdagangan.
"Dolar AS yang melemah, yang lebih lembut setelah berita dari China, mengarah ke sedikit kenaikan dalam emas," kata Jeff Wright, kepala investasi di Wolfpack Capital. "Angka inflasi, PPI sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan, telah merusak momentum tetapi emas tidak berubah menjadi negatif," katanya.
Harga emas terpantau naik $ 5,80, atau 0,4%, untuk menetap di $ 1,345.90 per ounce, menandai penyelesaian tertinggi sejak 2 April.
Indeks Dollar Amerika Serikat, yang mengukur greenback terhadap enam rival utama, turun 0.2% menjadi 89,668, yang membantu mendukung harga emas.
Administrasi Trump telah mengancam tarif bea impor hingga $ 150 miliar untuk produk China, yang telah dijawab oleh Beijing dan berjanji untuk tidak menyerah pada tekanan AS.
Secara keseluruhan, ketidakpastian geopolitik mempengaruhi harga emas. Di sisi lain, AS sedang mempersiapkan kemungkinan serangan militer terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad atas dugaan serangan senjata kimia yang menewaskan warga sipil.
Adapun untuk Suriah, "respons militer AS dapat mengarah pada ketertarikan safe haven dan kemungkinan mengembalikan emas menuju area $ 1,350 cukup cepat," kata Wright.
