Aksi jual di pound tampak terhenti pada hari Senin setelah PM Inggris Theresa May berusaha mengumpulkan kembali dukungan di luar partai konservatif ditengah hasil pemilu yang secara tak terduga kehilangan mayoritas parlemennya, yang dapat mengganggu perundingan Brexit.
GBP / USD berada di 1.2742 setelah mengakhiri sesi Jumat turun 1.7%, penurunan persentase satu hari terbesar dalam sekitar delapan bulan.
May sedang mencari kesepakatan untuk membentuk sebuah pemerintahan dengan dukungan dari Partai Unionist Demokratik Irlandia Utara, yang dikenal sebagai DUP, agar tetap berkuasa setelah tidak ada partai tunggal yang memenangkan mayoritas dalam pemilihan di Inggris pada hari Kamis. Kebuntuan politik tersebut memicu ketidakpastian mengenai bagaimana posisi pemerintah dalam perundingan Brexit.
Euro menguat terhadap dolar dan sterling, dengan EUR / USD naik 0.19% menjadi 1.1217. EUR / GBP menambahkan 0.36% diperdagangkan di 0.8810. Dollar AS menyentuh level terendah terhadap yen, dengan USD/JPY turun 0.13% menjadi 110.20, dari tertinggi satu minggu di 110.81 minggu lalu.
Di Jepang, data pada hari Senin menunjukkan bahwa pesanan mesin inti turun lebih dari yang diperkirakan pada bulan April, yang menggarisbawahi kekhawatiran akan pemulihan ekonomi yang rapuh di negara ini.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0.14% menjadi 97.10, setelah mundur dari kenaikan tertinggi dalam dua minggu di 97.47.
Investor mengalihkan perhatian mereka ke pertemuan kebijakan Federal Reserve Rabu, di mana bank sentral secara luas diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga kedua sepanjang tahun ini.
