HASIL PEMILU INGGRIS AKAN BEBANI BREXIT?

09 June 2017 in Blog - by Eko Trijuni

Pemilu Inggris telah dilaksanakan dan dari sudut pandang pasar, ada potensi masalah yang akan mengganggu proses Brexit.

Partai Konservatif yang saat ini sedang berkuasa tak mampu memenangkan suara mayoritas untuk parlemen dan hal ini ditengarai berpotensi akan mengguncang perekonomian Inggris serta memunculkan ketidakpastian terkait negosiasi Brexit selama kurang dari dua tahun ke depan.

Menurut perhitungan suara sementara, Partai Konservatif hanya mampu meraih 314 kursi, padahal dibutuhkan 326 kursi untuk bisa mencapai status mayoritas. Partai Konservatif saat ini (sebelum pemilu kemarin) memiliki 330 kursi di parlemen. Sementara itu partai oposisi Partai Buruh diperkirakan akan meraih 266 kursi, diikuti Partai Nasional Skotlandia dengan 34 kursi dan Partai Demokrat Liberal dengan 14 kursi.

Para analis mengkhawatirkan bahwa komposisi parlemen seperti ini yang biasa disebut "hung parliament" atau "parlemen gantung" akan memperberat dan memperlambat proses negosiasi Brexit.

Hung parliament atau "parlemen gantung" adalah istilah yang dipergunakan ketika tidak ada partai yang meraih kursi mayoritas di parlemen. Istilah lain yang dipergunakan adalah balanced parliament.

Hasil akhir perhitungan suara baru akan diperoleh di hari Jumat waktu Inggris. Dengan demikian belum tentu akan terjadi hung parliament, mengingat di tahun 2015 juga pernah diperkirakan akan terjadi hung parliament namun kenyataannya Konservatif berhasil menjadi mayoritas.

Pemilu kali ini diselenggarakan setelah Perdana Menteri Theresa May di bulan April lalu menyerukan agar pemilu dipercepat untuk mengonsolidasikan kekuatan di parlemen yang memungkinkannya untuk meloloskan strategi Brexit dan memperkuat posisinya dalam perundingan dengan Uni Eropa. Saat itu, partainya tengah menuai dukungan yang kuat menurut survei. Namun ternyata setelah beberapa kali kesalahan dalam kampanye, dukungan terhadap Partai Buruh berkurang signifikan dalam beberapa pekan terakhir.

Hasil pemilu diikuti oleh pelemahan Inggris sekitar 1,31 persen terhadap USD ke level terendah tujuh-pekan di kisaran 1.2707. Sentimen pasar berubah negatif akibat adanya kekhawatiran akan hung parliament yang berpotensi mengancam posisi Inggris dalam perundingan Brexit.

Masalahnya adalah dalam waktu 11 hari negosiasi Brexit harus dimulai. Karena Theresa May telah memulai pelaksanaan Article 50, dimulailah proses resmi perceraian Inggris dari Uni Eropa yang harus sudah terjadi pada akhir Maret 2019. Dengan banyaknya negosiasi yang harus dilakukan, Inggris tak boleh membuang-buang waktu. Padahal sudah ada setidaknya tujuh hari yang terbuang selama masa kampanye. Semakin banyak waktu yang terbuang, akan semakin memperbesar resiko kegagalan negosiasi.

Meskipun demikian, ada garis pemisah yang tegas antara nilai tukar poundsterling dan negosiasi Brexit. Menurut Kallum Pickering, ekonom Inggris senior di Berenberg mengatakan bahwa hung parliament bisa memaksa terjadinya kompromi antar partai. Jika kompromi tercapai, ada kemungkinan proses Brexit justru akan menjadi lebih soft dan bisa jadi menumbuhkan sentimen positif untuk jangka panjang.