Dapatkan Signal Trading Gratis - Download QuickPro Sekarang!   Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia,broker forex legal di indonesia,broker forex legal,FOREXimf

PILIH STRATEGI TRADING FOREX KLASIK ATAU BARU?

16 December 2014 in Blog - by Eko Trijuni

Seorang trader ibarat seorang jenderal di medan perang. Ia harus memiliki strategi yang baik dan benar-benar menguasai strateginya itu dengan baik pula.

Anda yang telah berkecimpung di dunia trading forex setidaknya selama 10 tahun tentu merasakan bahwa teknik atau strategi trading forex senantiasa berkembang. Nama-nama teknik atau strategi baru bermunculan dan tak jarang menggunakan nama-nama yang unik. Masing-masing strategi diklaim sebagai strategi yang memperbaharui teknik yang lama.

Seorang teman pernah menghadiri sebuah pre-seminar tentang strategi trading forex di mana pembicaranya mengaku bahwa ia sudah berpengalaman puluhan tahun di dunia trading forex. Ia mengklaim pula bahwa strategi yang ia bawakan adalah strategi masa kini yang jauh lebih modern dan canggih daripada strategi jadul yang disebutnya sebagai "old school strategy".

Para trader "muda" – hampir bisa dipastikan – akan terhipnotis oleh klaim "strategi forex canggih". Terbukti kemudian ketika terlihat sangat banyak orang yang mengantri di depan mesin EDC untuk menggesek kartu kredit atau kartu debit mereka untuk membayar biaya pelatihan strategi forex yang konon canggih itu.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah benar strategi forex "baru" selalu lebih baik daripada strategi forex yang klasik?

Strategi "old school" versus strategi "modern"

Sebenarnya tidak ada salahnya menciptakan teori atau strategi trading forex. Permasalahannya kemudian adalah banyak sekali orang yang bersikap seolah-olah ia sudah sangat berpengalaman dan sangat jago dalam trading forex lalu dengan gegabah mengklaim bahwa ia telah menemukan teori baru dalam trading. Padahal, pengalamannya dalam dunia trading forex baru seumur jagung.

Sempitnya wawasan dan kurangnya pengetahuannya lantas membuatnya berpikir bahwa ia telah menemukan strategi forex baru yang sangat luar biasa. Berhati-hatilah pada pemikiran seperti itu. Jika suatu saat Anda berpikir demikian, cobalah berpikir, "Jika memang semudah dan sehebat itu, mengapa trader lain yang telah puluhan tahun lebih lama bergelut dalam dunia trading tak menemukannya?"

Bukan berarti Anda tak boleh berinovasi, bukan. Namun cobalah untuk melakukan check & re-check. Tujuannya adalah agar Anda tak terjebak dalam euforia seolah menemukan "the holy grail of trading".

Uji dan uji lagi, hingga Anda memiliki data yang cukup untuk "mengklaim" bahwa strategi forex yang Anda temukan itu benar-benar "layak jalan". Kelemahan strategi baru adalah ia tidak memiliki rekam jejak sepanjang strategi "old school". Satu-satunya jalan untuk "menyetarakan" strategi forex baru dengan yang lawas adalah dengan mengujinya dalam jangka waktu tertentu, misalnya 3-4 tahun.

Strategi lawas mungkin terlihat kuno dan tidak menarik, namun cobalah berpikir: mengapa strategi tersebut bertahan puluhan tahun dan tetap dipergunakan para trader senior? Sebuah strategi forex jadul bisa jadi telah melalui puluhan tahun perubahan pasar dan telah terbukti tetap bisa konsisten memberikan keuntungan. Itulah sebabnya mengapa yang klasik tetap menarik.

Yang "baru" belum tentu baru

Di sekitar tahun 2010-an muncul sebuah teori yang cukup "booming" di internet (saya tidak ingin membuka polemik yang menguras waktu dan tenaga, maka sebaiknya saya tidak menyebutkan nama teorinya secara eksplisit. Di samping itu juga karena saya menghormati sang "kreator" teori tersebut "as a fellow trader"). Dengan kemasan dan gaya penyampaian yang menarik, teori tersebut sempat menggaung di internet, hingga beberapa orang pernah bertanya langsung pada saya perihal teori tersebut.

Padahal, setelah dipelajari lebih jauh, semua hal yang dipaparkan dalam teori tersebut sudah ada dalam buku yang ditulis oleh John J. Murphy di tahun 1986 dan direvisi pada tahun 1996. Nama buku tersebut adalah "Technical Analysis of the Financial Markets". Teori "baru" yang saya maksud itu muncul di sekitar tahun 2010-an, padahal buku karya Murphy tersebut telah terbit sejak tahun 1986! Jika seperti itu faktanya, apakah teori "baru" itu benar-benar adalah teori baru? Tentu saja tidak!

Ironisnya, yang digadang-gadang sebagai "teori baru" itu ternyata hanyalah teori DASAR dalam buku karya Murphy tersebut. Dan orang rela membayar mahal untuk mendapatkan pelatihan tentang teori dasar itu.

Yang dilakukan orang tersebut hanyalah "membungkus" teori lama dengan nama baru. Kurangnya pengetahuan para trader pemula membuat "kemasan baru" tersebut laris manis bak kacang goreng. Maka dari itu, memperkaya wawasan dan pengetahuan adalah hal yang penting agar kita tak gampang terpedaya oleh pihak-pihak yang ingin memanfaatkan ketidaktahuan kita.

Begitupun, bukan berarti kita harus menutup diri pada kemunculan strategi-strategi forex yang baru. Yang perlu kita lakukan hanyalah menyaring setiap informasi yang kita terima dengan pengetahuan yang kita miliki. Seorang legenda trading, Dr. Alexander Elder berkata, "Read, and listen to the experts, but keep a healthy disbelief about everything." Intinya: bersikap kritislah.

Jika ada waktu, saya sarankan Anda mencari dan membaca buku karya Murphy yang saya sebutkan di atas. Atau, setidaknya bacalah laman edukasi FOREXimf, karena tim edukasi kami senantiasa menggunakan buku tersebut sebagai rujukan.

Bottomline: The man behind the gun

Apakah strategi forex tidak penting? Apakah money management saja – dibantu dengan penguasaan psikologi yang baik – sudah cukup untuk trading forex yang profitable?

Jawabannya tentu saja: tidak.

Anda tentu ingat 3M dalam trading: Mind, Method, Money. Ketiganya adalah kesatuan yang tak bisa dipisahkan.

Teori atau teknik trading tentu saja penting, namun yang tak kalah pentingnya adalah kualitas trader yang menggunakan teknik itu sendiri.

Bayangkan jika ada seorang sipil diberikan sepucuk senapan penembak jitu kaliber 12,7 milimeter yang memiliki jangkauan efektif 1 kilometer. Ia diminta untuk menembak sasaran sejauh 900 meter. Tanpa latar belakang pengetahuan menembak yang memadai, tentu peluangnya untuk bisa menembak sasaran dengan tepat bisa dikatakan nyaris nol.

Namun jika senapan tersebut diberikan kepada seorang personel militer yang memang memiliki spesifikasi penembak runduk/penembak jitu, tentu saja hampir bisa dipastikan bahwa ia bisa menembak sasaran tersebut dengan tepat.

Sebagai trader, agar Anda bisa menjadi "the right man behind the gun", jika Anda senantiasa melatih kemampuan Anda dan memperluas wawasan Anda.

Jadi, selamat bertempur, Jenderal!