Dapatkan Signal Trading Gratis - Download QuickPro Sekarang!   Forex, Trading Forex, Broker Forex Indonesia, Broker Forex Terpercaya,Trading Forex Indonesia,broker forex legal di indonesia,broker forex legal,FOREXimf

PAUL TUDOR JONES PREDIKSI INFLASI NAIK, OBLIGASI JATUH

06 March 2018 in Blog - by Eko Trijuni

FOREXimf Review - Paul Tudor Jones, nama yang cukup terkenal di dunia finansial sekaligus manajer hedge fund yang pernah memprediksi terjadinya crash di tahun 1987, memberikan peringatan serius tentang pasar finansial.

"Kita (Amerika Serikat) memiliki ekonomi terkuat dalam 40 tahun terakhir, penuh dengan tenaga kerja. Suasana saat ini menggembirakan. Tetapi kondisi ini tidak berkelanjutan dan memunculkan biaya seperti bubble di sektor saham dan kredit," demikian menurut Jones dalam wawancara dengan Goldman Sachs. Jones juga mengatakan bahwa obligasi saat ini sangat mahal dan mengalami overvaluasi.

Jones mengecam undang-undang reformasi pajak dan rencana anggaran belanja Kongres AS.

Usulan penyesuaian pajak yang disodorkan kubu Republik, yang kemudian disahkan oleh Presiden Donald Trump menjadi undang-undang pada Desember 2017 lalu, menurunkan pajak korporasi menjadi 21 persen dari 35 persen. Jones memperkirakan langkah ini akan menghasilkan kenaikan tingkat inflasi.

"Saya kira pemangkasan pajak dan kenaikan pengeluaran akhir-akhir ini akan menjadi sesuatu yang akan kita sesali. Hal tersebut akan menyebabkan defisit anggaran sebesar 5% dari GDP, yang belum pernah terjadi sebelumnya di masa damai kecuali saat resesi," kata Jones. "Hal ini mengingatkan saya pada era akhir 1960-an ketika kita bereksperimen dengan suku bunga rendah dan stimulus fiskal untuk tetap mempertahankan lapangan pekerjaan dan membiayai perang Vietnam," lanjutnya.

Untuk melakukan transaksi dalam kondisi seperti ini, Jones merekomendasikan untuk tetap memegang mata uang dan membeli komoditi.

Ini bukan kali pertama Jones memberikan peringatan tentang investasi di sektor obligasi. Dalam catatannya untuk para nasabahnya di awal Februari lalu, ia menulis, "Kita sedang berada dalam resiko bubble keuangan yang sedang berkembang. Jika saya diminta untuk memilih apakah harus memegang obligasi US Treasury atau batubara yang sedang menyala di tangan saya, saya akan memilih batubara."

Nama besar lain yang juga menyuarakan overvaluasi di pasar fixed-income dan resiko peningkatan inflasi adalah investor terkaya dunia, Warren Buffet. Dalam surat tahunannya kepada para pemegang saham Berkshire Hathaway yang dirilis tanggal 24 Februari lalu, sang "Oracle of Omaha" merekomendasikan para investor untuk tetap memegang saham untuk mengantisipasi efek negatif inflasi karena daya beli dari kepemilikan fixed-income.

Kenaikan inflasi ini sepertinya sudah diantisipasi oleh Federal Reserve. Dalam pernyataan resmi perdananya sebagai Ketua Fed, Jerome Powell memberikan sinyal bahwa Fed kemungkinan besar akan menaikkan suku bunga sebanyak empat kali di tahun 2018 ini. Ekspektasi ini biasanya akan diikuti oleh penguatan USD yang signifikan.

Kita tunggu saja, sembari memperhatikan peluang yang akan muncul di pasar.